Senin, 08 Juni 2015

Curhatan UAS hari ini...

UAS kali ini bener-bener engga semangat karena kemarin baru aja saya mengalami duka karna kehilangan anak pertama dari kaka saya. Terpaksa UAS hari pertama pun tidak masuk kampus dan UAS hari ke dua ini harus mengurus kartu ujian dahulu karna kemarin tidak masuk jadi belum dapet kartu ujian. Ujian hari in i yang pertama bahasa inggris dengan 4 soal tapi banyak anaknya lumayan lah bikin pusing.. dan yang kedua komputer dengan ujian suru bikin design bloger dan kirim curhatan ke edmodo.. yang pasti selalu semangat aja deh buat sayanya hehe...

Kamis, 04 Juni 2015

EDMODO

APA ITU EDMODO ?
Edmodo adalah platform microblogging pribadi yang dikembangkan untuk guru dan siswa, dengan mengutamakan privasi siswa. Guru dan siswa dapat berbagi catatan, tautan, dan dokumen. Guru juga memiliki kemampuan untuk mengirimkan peringatan, acara, dan tugas untuk siswa dan dapat memutuskan untuk mengirimkan sesuatu dalam kerangka waktu yang dapat dilihat publik.

Edmodo dirancang untuk membuat siswa bersemangat belajar di lingkungan yang lebih akrab. Di dalam Edmodo, guru dapat melanjutkan diskusi kelas online, memberikan polling untuk memeriksa pemahaman siswa, dan lencana penghargaan kepada siswa secara individual berdasarkan kinerja atau perilaku. Pada Edmodo, guru berada di tengah-tengah jaringan yang kuat yang menghubungkan guru kepada siswa,administrator, orang tua/wali, dan penerbit/buku. Jaringan ini merupakan permukaan sumber daya terbaik di dunia dan alat-alat, yang menyediakan blok bangunan pendidikan yang berkualitas tinggi.
Pusat utama Edmodo adalah para guru dan murid sekolah yang belum legal menggunakan jejaring sosial populer semacam Facebook atau Twitter. Memiliki tampilan dan sistem interaksi mirip Facebook, Edmodo mengajarkan para murid mengenai tanggung jawab, sopan santun, toleransi, etika jejaring sosial dan hukuman sosial sehingga apabila waktunya tiba mereka bisa menjadi pengguna jejaring sosial yang bertanggung jawab. Selain itu secara tidak langsung mereka juga belajar untuk mengemukakan pendapat secara terstruktur dan menulis. Edmodo juga dilengkapi dengan banyak game dan aplikasi yang membantu murid untuk belajar dengan interaktif dan menyenangkan. Edmodo tersedia dalam format web based, iOS dan Android..

Fitur  yang ditawarkan adalah :
1.         Bisa meng-edit Profile Picture dan Nama.
2.       Tampilan yang sama seperti facebook.
3.       Assignment yang dapat diposting guru sebagai PR (pekerjaan rumah) / tugas.
4.       Pengaturan jadwal event-event penting.
5.       Satu anak bisa menjadi murid banyak guru.
6.       Edmodo bisa diakses melalui handphone.

Fitur  yang ditawarkan adalah :
1.         Bisa meng-edit Profile Picture dan Nama.
2.       Tampilan yang sama seperti facebook.
3.       Assignment yang dapat diposting guru sebagai PR (pekerjaan rumah) / tugas.
4.       Pengaturan jadwal event-event penting.
5.       Satu anak bisa menjadi murid banyak guru.
6.       Edmodo bisa diakses melalui handphone.
MANFAAT EDMODO DALAM PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN
Manfaat – manfaat yang yang dapat dirasakan oleh para Guru dan Siswa terhadap penggunaan Edmodo dalam proses pengajaran dan pembelajaran adalah :
  • Siswa bisa berinteraksi dalam pantauan gurunya (bebas cyber crime dan cyber bullying). Guru bisa ‘mengunci’ siswa dengan demikian ia hanya bisa membaca dan tidak bisa berkomentar pada seisi ‘kelas’ namun tetap ia bisa berkomunikasi langsung dengan gurunya.
  • Tidak ada orang luar yang bisa masuk dan melihat kelas virtual yang dibuat oleh seorang guru tanpa mendapat kode khusus dari guru yang bersangkutan
  • Guru bisa memulai pertanyaan, menaruh foto atau video, menaruh presentasi bahan ajar, yang kesemuanya bebas untuk diunduh oleh siswa dan dikomentari
  • Murid bisa kembali kapan saja untuk mengulang materi yang diberikan gurunya, bahkan PR bisa diberikan melalui edmodo. Murid juga bisa mengumpulkan PR nya lewat edmodo, tinggal unggah saja.
  • Edmodo bisa dipadukan dengan situs lain seperti wall wisher, glogster dan lain sebagainya.
  • Guru bisa menaruh nilai dari pekerjaan siswa sebagai acuan bagi siswa.  
  • Kelas virtual yang dibuat seorang guru tidak terbatas, guru bisa menaruh bahan ajar untuk digunakan di angkatan atau tahun ajaran berikutnya
  • Siswa bisa bekerja sama dengan siswa lain dalam grup kecil yang dibentuk oleh gurunya. Saat mengerjakan sebuah proyek bersama mereka bisa menaruh semua dokumen yang diperlukan dalam pengerjaannya.
  • Edmodo memungkinkan guru menaruh bahan ajar yang sangat berguna bagi siswa yang tidak masuk atau berhalangan saat melakukan tatap muka.
  • Siswa yang pendiam bisa bebas berkata-kata dan berpendapat tanpa khawatir dipermalukan, sementara si anak tipe aktif bisa posting pertanyaan kapan saja asal ia terhubung dengan internet.
  • guru bisa mengajarkan tata cara yang berlaku di dunia maya seperti cara berkomentar dan sederet tata krama di dunia maya yang perlu siswanya ketahui.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN EDMODO
Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan Edmodo

Kelebihan;

1.         User Interface.  Mengadaptasi tampilan seperti facebook, secara sederhana edmodo relatif mudah untuk digunakan bahkan untuk pemula sekalipun.
2.       Compatibility. Edmodo mendukung preview berbagai jenis format file seperti: pdf, pptx, html, swf dan sebagainya
3.       Aplikasi. Edmodo tidak hanya dapat diakses dengan menggunakan PC (laptop / desktop) tetapi juga bisa diakses dengan menggunakan gadget berbasis Android OS.

Kekurangan;

1.         Social Media. Edmodo tidak terintegrasi dengan jenis sosial media apapun, seperti facebook, twitter atau google plus. Padahal pada saat sekarang ini, hampir setiap website terintegrasi dengan media sosial supaya penggunanya dapat berbagi (sharing). Lagipula orang Indonesia lebih familiar mengetikkan kata facebook.com ketimbang edmodo.com
2.       Languange. Penggunaan bahasa program yang masih berbahasa inggris sehingga terkadang menyulitkan guru dan siswa.
3.       Video Conference belum tersedia. Hal ini cukup penting untuk berinteraksi dengan siswa jika guru tidak bisa hadir secara langsung di ruang kelas.

Kamis, 19 Maret 2015

BAB II
ISI




2.1  DEFINISI RESUSITASI DAN ASFIKSIA
Resusitasi adalah segala usaha untuk mengembalikan fungsi sistem pernapasan, peredaran darah dan otak yang terhenti atau terganggu sedemikian rupa agar kembali normal seperti semula. (Nanny,2014)
Asfiksia adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis. Asfiksia ini dapat terjadi karena kurangnya kemampuan organ pernafasan bayi dengan menjalankan fungsinya, seperti pengembangan paru. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan  bayi selama atau sesudah persalinan.

2.2  PENYEBAB ASFIKSIA
Janin sangat bergantung pada fungsi plasenta sebagai tempat pertukaran oksigen, nutrisi dan pembuangan produk sisa. Gangguan pada aliran darah umbilikal maupun plasental dapat menyebabkan terjadinya asfiksia. Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan, pada proses persalinan atau periode segera telah lahir.
Selama kehamilan, beberapa kondisi tertentu dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi kurang. Hipoksia bayi di dalam uterus ditunjukkan dengan gawat janin yang berlanjut menjadi asfiksia pada sesaat bayi baru lahir. Beberapa faktor yang diketahui dapat menyebabkan terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, di antaranya adalah faktor ibu, tali pusat bayi dan kondisi bayi.
2.2.1        Faktor Ibu
a.       Preeklampsia dan eklampsia.
b.      Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta).
c.       Partus lama atau partus macet.
d.      Demam selama persalinan.
e.       Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV).
f.       Kehamilan postmatur (setelah usia kehamilan 42 minggu).
g.      Penyakit ibu.
2.2.2 Faktor Tali Pusat
Faktor yang dapat menyebabkan penurunan sirkulasi uteroplasenter yang dapat mengakibatkan menurunnya pasokan oksigen ke bayi sehingga dapat menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir.
a.       Lilitan tali pusat.
b.      Tali pusat pendek.
c.       Simpul tali pusat.
d.      Prolapsus tali pusat.
2.2.3        Faktor Plasenta
1.      Infark plasenta yaitu terjadinya pemadatan plasenta, nuduler dan keras sehingga tidak berfungsi dalam pertukaran nutrisi.
2.      Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir. Biasanya terjadi pada trisemester III, walaupun dapat pula terjadi pada setiap saat dalam kehamilan.
3.      Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh permukaan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta terletak dibagian atas uterus.
2.2.4        Faktor Janin
1.      Kelainan genetika
2.      Kelainan kromosom
3.      Kelainan pertumbuhan
4.      Malnutrisi janin
Bila malnutrisi janin terjadi di awal kehamilan, maka bayi bisa lahir mati, dapat juga terjadi pertumbuhan lambat, sehingga terjadi apa yang disebut SGA (Small for Gestational Age) atau bayi lebih kecil dari yang seharusnya sesuai umur.
2.2.5        Faktor Bayi
Asfiksia dapat terjadi tanpa didahului dengan tanda dan gejala gawat janin. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor berikut ini:
a.       Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan).
b.      Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep).
c.       Kelainan kongenital yang memberi dampak pada pernapasan bayi.
d.      Aspirasi mekoneum pada air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).
Penolong persalinan harus mengetahui faktor resiko terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir. Apabila ditemukan adanya faktor resiko, maka penolong persalinan harus mempersiapkan tindakan antisipasi untuk mengatasi kemungkinan perlunya tindakan resusitasi, akan tetapi kejadian asfiksia tidak selalu didahului dengan faktor resiko. Oleh karena itu, penolong harus selalu melakukan persiapan tindakan resusitasi pada setiap pertolongan persalinan. (Indriyanidan Djami,2013)
Adapun keadaan ibu yang harus diwaspadai untuk terjadinya asfiksia, karena ada kemungkinan mengancam keselamatan ibu dan bayi (high risk pregnancy). Bila kita bertemu dengan kasus ini, maka harus dipikirkan bahaya yang akan di jumpai. Berikut adalah yang termasuk ke dalam tanda-tanda bahaya:
1.      Tinggi badan ibu < 148 cm.
2.      Tekanan darah sistol > 130 mmHg.
3.      Albuminuria.
4.      Edema kaki yang tidak hilang dengan istirahat.
5.      Keluar darah pervaginaan.
6.      Anemia ( <7gr%).
7.      Sikap dan presentasi bayi abnormal.
8.      Umur ibu hamil terlalu muda ( < 16 tahun) dan terlalu tua ( > 35 tahun).
9.      Ibu dengan riwayat persalinan buruk.
Ibu bersalin dengan kesakitan yang luar biasa (skor nyeri > 7) (skor nyeri terlampir). (Nanny,2014)

2.3      PATOFISIOLOGI ASFIKSIA
Oksigen merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan janin baik sebelum maupun sesudah persalinan.
Cara bayi memperoleh oksigen sebelum dan setelah lahir:
2.3.1 Sebelum lahir
Seluruh oksigen yang dibutuhkan janin diberikan melalui mekanisme difusi melalui plasenta yang berasal dari ibu ke darah janin. Saat dalam uterus, hanya sebagian kecil darah janin dialirkan ke paru-paru janin. Paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan untuk mengeluarkan karbondioksida. Oleh karena itu, aliran darah paru tidak penting untuk mempertahankan oksigenisasi janin yang normal dan keseimbangan asam basa. Paru janin berkembang di dalam uterus, akan tetapi alveoli di paru janin masih terisi oleh cairan, bukan udara. Pembuluh arteriol yang ada di dalam paru janin dalam keadaan konstriksi sehingga tekanan oksigen (pO2) parsial rendah. Hampir seluruh darah dari jantung kanan tidak dapat melalui paru karena konstriksi pembuluh darah janin, sehingga darah dialirkan melalui pembuluh yang bertekanan lebih rendah yaitu duktus arteriosus kemudian masuk ke aorta.
2.3.2 Setelah lahir
Bayi tidak lagi berhubungan dengan plasenta dan akan segera bergantung pada paru sebagai sumber utama oksigen, karena itu dalam beberapa saat cairan paru harus diserap dari alveoli, setelah itu paru harus terisi udara yang mengandung oksigen dan pembuluh darah di paru harus berelaksasi untuk meningkatkan aliran ke alveoli. Pengisian alveoli oleh udara akan memungkinkan oksigen mengalir ke dalam pembuluh darah di sekitar alveoli. Oksigen di serap untuk diedarkan ke seluruh tubuh.
Arteri dan vena umbilikalis akan menutup sehingga menurunkan tahanan pada sirkulasi plasenta dan meningkatkan darah sistemik. Akibat dari tekanan udara dan peningkatan kadar oksigen di alveoli, pembuluh darah paru akan mengalami relaksasi sehingga tahanan terhadap aliran darah berkurang. Keadaan relaksasi tersebut dan peningkatan tekanan darah sistemik, menyebabkan tekanan pada arteri pulmonaris lebih rendah dibandingkan tekanan sistemik sehingga aliran darah paru meningkat sedangkan aliran pada duktus arteriosus menurun. Oksigen yang diabsorbsi di alveoli oleh pembuluh darah di vena pulmonalis dan darah yang banyak mengandungb oksigen kembali ke bagian jantung kiri, kemudian dipompakan ke seluruh tubuh bayi baru lahir. Pada kebanyakan keadaan, udara menyediakan oksigen (21%) untuk menginisiasi relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat kadar oksigen meningkat dan pembuluh paru mengalami relaksasi, duktus arteriosus mulai menyempit. Darah yang sebelumnya melalui duktus arteriosus sekarang melalui paru-paru, akan mengambil banyak oksigen untuk dialirkan ke seluruh jaringan tubuh.
Pada akhir masa transisi normal, bayi menghirup udara dan menggunakan paru-parunya untuk mendapatkan oksigen. Tangisan pertama dan tarikan napas yang dalam akan menolong cairan dari jalan napasnya. Oksigen dan pengembangan paru merupakan rangsang utama relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat oksigen masuk adekuat dalam pembuluh darah, warna kulit bayi akan berubah dari abu-abu/biru menjadi kemerahan.
Reaksi bayi terhadap kesulitan selama masa transisi normal
Bayi baru lahir akan melakukan usaha untuk menghirup udara ke dalam paru-parunya. Masuknya oksigen ke dalam paru-paru bayi akan mengakibatkan cairan paru keluar dari alveoli ke jaringan insterstitial di paru sehingga oksigen dapat dihantarkan ke arteriol pulmonal dan menyebabkan arteriol berelaksasi. Jika keadaan ini terganggu maka arteriol pulmonal akan tetap berkontriksi, alveoli tetap terisi cairan dan pembuluh darah arteri sistemik tidak mendapat oksigen.
Pada saat pasokan oksigen berkurang, akan terjadi kontriksi arteriol pada organ seperti usus, ginjal, otot dan kulit, namun demikian aliran darah ke jantung dan otak tetap stabil atau meningkat untuk mempertahankan pasokan oksigen. Penyesuaian distribusi aliran darah akan membantu kelangsungan fungsi organ-organ vital. Akan tetapi, apabila kekurangan oksigen berlangsung terus maka dapat terjadi kegagalan fungsi miokardium dan kegagalan peningkatan curah jantung, penurunan tekanan darah, yang berdampak pada penurunan aliran darah ke seluruh organ tubuh. Dampak yang dapat ditimbulkan dari kekurangan perfusi oksigen dan oksigenisasi jaringan adalah kerusakan jaringan otak yang irreversible,kerusakan organ tubuh lain, atau kematian. Keadaan bayi yang membahayakan akan memperlihatkan satu atau lebih tanda-tanda klinis seperti tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot dan orang lain; depresi pernapasan karena otak kekurangan oksigen; bradikardia (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen pada otot jantung atau sel otak; tekanan darah rendah karena kekurangn oksigen pada otot jantung, kehilangan darah atau kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta sebelum dan selama proses persalinan, takipnu (pernapasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paru-paru dan sianosis karena kekurangan oksigen di dalam darah.

2.4      GAWAT JANIN
Ada banyak penyebab terjadinya gangguan sirkulasi uteroplasenter yang dapat berdampak pada terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir. Berkurangnya pasokan oksigen (hipoksia) selama bayi masih di dalam uterus ibu akan ditampilkan melalui gejala dan tanda gawat janin.
2.4.1  Gawat janin dapat diketahui dengan:
1.      Frekuensi DJJ di bawah 100 kali per menit atau di atas 180 kali per menit.
2.      Berkurangnya gerakan janin (kurang dari 10 kali per hari).
3.      Air ketuban bercampur dengan mekonium.
2.4.2 Upaya pencegahan terjadinya gawat janin:
1.      Gunakan partograf untuk memantau kondisi dan kemajuan persalinan.
2.      Anjurkan ibu untuk sering berganti posisi selama persalinan (posisi berbaring terlentang dapat mengurangi aliran darah atau oksigen ke bayi).
2.4.3 Cara mengidentifikasi gawat janin:
1.      Periksa frekuensi bunyi jantung janin selama 30 menit selama kala I dan setiap 5-10 menit selama kala II.
2.      Periksa ada atau tidaknya air ketuban bercampur dengan mekonium.
2.4.4 Penanganan gawat janin:
1.      Bila terdapat tanda gawat janin:
a.       Tingkatkan pasokan oksigen ke janin dengan cara berikut:
·         Mintalah si ibu mengubah posisi tidurnya
Anjurkan ibu berbaring miring ke salah satu sisi untuk meningkatkan aliran oksigen ke janinnya. Hal ini biasanya meningkatkan aliran darah maupun oksigen melalui plasenta lalu ke janin. Bila posisi miring tidak membantu, coba posisi yang lain (misalnya:”sujud”). Meningkatkan oksigen ke janin dapat mencegah atau mengobati gawat janin.
·         Berikan cairan secara oral atau IV untuk ibu
·         Berikan oksigen (bila tersedia)




b.      Periksa kembali denyut jantung janin.
Bila frekuensi bunyi jantung masih tidak normal setelah 3 kali pemantauan:
a.       Rujuk.
b.      Bila merujuk tidak mungkin, lakukan persiapan tindakan resusitasi.

2.5      TANDA DAN GEJALA ASFIKSIA
Tanda-tanda dan gejala bayi mengalami asfiksia pada bayi baru lahir meliputi:
1.      Tidak bernapas atau bernapas megap-megap.
2.      Warna kulit kebiruan.
3.      Kejang.
4.      Penurunan kesadaran.
Semua bayi dengan tanda-tanda asfiksia memerlukan perawatan dan perhatian segera.

2.6      PERSIAPAN RESUSITASI BAYI BARU LAHIR (BBL)
Di dalam setiap persalinan, penolong harus selalu siap melakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir. Kesiapan untuk bertindak dapat menghindarkan kehilangan waktu yang sangat berharga bagi upaya penolongan. Walaupun hanya beberapa menit tidak bernapas, bayi baru lahir dapat mengalami kerusakan otak yang berat atau meninggal.
2.6.1 Persiapan Keluarga
Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi terhadap ibu dan bayinya serta persiapan yang dilakukan oleh penolong untuk membantu kelancaran persalinan dan melakukan tindakan yang diperlukan.
2.6.2        Persiapan Tempat Resusitasi
Persiapan yang diperlukan meliputi tempat bersalin dan tempat resusitasi. Gunakan ruangan yang hangat dan terang. Tempat resusitasi hendaknya rata, keras, bersih, dan kering, meja, dipan, atau di atas lantai beralas tikar. Kondisi yang rata diperlukan untuk mengatur posisi kepala bayi. Tempat resusitasi sebaiknya didekat sumber pemanas (misalnya: lampu sorot) dan tidak banyak tiupan angin (jendela atau pintu terbuka). Biasanya digunakan lampu sorot atau bohlam daya 60 watt atau lampu gas minyak bumi (petromax). Nyalakan lampu menjelang kelahiran bayi.
2.6.3 Persiapan Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain peralatan persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu:
a.       Dua helai kain/handuk.
b.      Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
c.       Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.
d.      Kotak alat resusitasi.
e.       Jam atau pencatat waktu.
2.6.3        Menguji balon
a.       Menguji balon mengembang sendiri:
·         Tutup sungkup dengan telapak tangan dan remas balon.
Ø  Apakah terasa tekanan pada tangan anda?
Ø  Dapatkah anda membuat katup tekanan terbuka?
Ø  Apakah alat pengukur tekanan/manometer (bila ada) menunjukan tekanan 30-40 cmH2O, bila katup pelepas tekanan terbuka?
·         Bila dari 3 pertanyaan diatas jawabannya”tidak”
Ø Apakah balon robek atau bocor?
Ø Apakh pengukur tekanan tidak terpasang sehingga lubang sambungan terbuka?
Ø Apakah katup pelepas tekanan terlepas/tidak berfungsi atautersumbat?
Ø Apakah aliran ke bayi tersumbat?
·      Bila balon anda menghasilkan tekanan adekuat dan sistem pengaman berfungsi baik ketika sungkup/aliran ke luar ditutup, periksalah:
Ø   Apakah balon mengembang kembali dengan cepat ketika anda melepaskan remasan anda?
·      Bila terdapat masalah pada balon, ganti balon atau siapkan balon lain dan coba lagi.

b.         Menguji balon tidak mengembang sendiri:
·      Hubungkan dengan sumber oksigen
·   Atur pengukur aliran pada 5-10L/menit
·   Tutup pintu aliran ke pasien/sungkup dengan telapak tangan anda
Atur katup pengontrol aliran sedemikian rupa sehingga balon tidak perlu mengembang.
·   Periksa apakah balon terisi dengan baik? Bila tidak:
Ø  Apakah ada celah atau robekan pada balon?
Ø  Apakah katup pengontrol aliran terbuka terlalu lebar?
Ø  Apakah pengukur tekanan terpasang?
Ø  Apakah jalur oksigen tersambung dengan aman?
Ø  Apakah pintu keluar ke pasien tertutup rapat?
·   Bila balon terisi, remas balon:
Ø Apakah terasa tekanan pada tangan anda?
Ø Apakah pengukur tekanan menunjukkan 30-40 cmH2O
·   Bila  terdapat masalah pada balon, ganti balon atau siapkan balon lain dan coba lagi.
2.6.4        Menguji sungkup
Periksa sungkup, apakah terdapat kerusakan atau robek?

2.7      PENILAIAN SEGERA
Segera setelah lahir, letakkan bayi di bawah ibu atau dekat perineum (harus bersih dan kering). Cegah kehilangan panas dengan menutupi tubuh bayi dengan kain/handuk yang telah disiapkan sambil melakukan penilaian dengan menjawab 2 pertanyaan:
1.      Apakah bayi menangis kuat, tidak bernapas atau megap-megap?
2.      Apakah bayi lema.
Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa bayi baru lahir perlu resusitasi, segera lakukan tindakan yang diperlukan. Penundaan pertolongan dapat membahayakan keselamatan bayi. Jepit dan potong tali pusat dan pindahkan bayi ke tempat resusitasi yang telah disediakan. Lanjutkan dengan langkah awal resusitasi.


2.7.1 Penilaian pada bayi baru lahir:
2.7.1.1  Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah:
Apakah air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) pada presentasi kepala.
2.7.1.2  setelah bayi lahir:
a.       Bayi menangis, bernapas spontan atau teratur, bernapas megap-megap atau tidak bernapas.
b.      Apakah bayi lemas atau lunglai.
2.7.1.3  Putuskan apakah bayi memerlukan tindakan resusitasi apabila:
2.7.1.4  Air ketuban bercampur mekonium.
2.7.1.5  Bayi tidak bernapas atau bernapas megap-megap.
2.7.1.6  Bayi lemas atau lunglai.
Segera lakukan tindakan resusitasi apabila bayi tidak bernapas atau megap-megap atau lemas.

NILAI APGAR

SKOR
0
1
2
Appearance color (warna kulit)
Seluruhnya biru pucat
Warna kulit tubuh normal merah muda, tetapi tangan dan kaki kebiruan (akrosianosis)
Warna kulit tubuh, tangan, dan kaki normal merah muda, tidak ada sianosis
Pulse/heart rate (frekuensi jantung)
Tidak ada
<100x/menit
>100x/menit
Grimace (Reaksi terhadap rangsangan)
Tidak ada respon terhadap stimulasi
Meringis/menangis lemah ketika distimulasi
Menangis, batuk/bersin saat stimulasi saluran nafas
Activity (tonus otot)
Lemah atau tidak ada
Sedikit gerakan
Gerakan aktif
Respiration (usaha nafas)
Tidak ada
Lemah dan tidak teratur
Menangis kuat, pernafasan baik dan teratur

Interpretasi skor
Jumlah skor
Interpretasi
Penanganan
7-10
Bayi normal

4-6
Agak rendah
Memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan lendir yang menyumbat jalan napas, atau berikan oksigen untuk membantu bernafas
0-3
Sangat rendah
Memerlukan tindakan medis yang lebih intensif
(Permaini, Titi.2011), (Varney,Helen. 2001), (Gray, Joanne. 2010)

2.8            LANGKAH-LANGKAH RESUSITASI BBL
Resusitasi BBL brtujuan untuk memulihkan fungsi pernapasan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia dan terselamatkan hidupnya tanpa gejala sisa dikemudian hari. Kondisi ini merupakan dilema bagi penolong tunggal persalinan karena disamping menangani ibu bersalin, ia juga harus menyelamatkan bayi yang mengalami asfiksia. Resusitasi BBL pada APN ini dibatasi pada langkah-langkah penilaian, langkah awal dan ventilasi untuk inisiasi pemulihan pernapasan.
2.8.1.1  Langkah Awal
Sambil melakukan langkah awal:
a.        ibu dan keluarganya bahwa bayinya memerlukan bantuan untuk memulai bernapas.
b.      Minta keluarga mendampingi ibu (memberi dukungan moral, menjaga dan melaporkan kepada penolong apabila terjadi pendarahan).
Langkah awal ini perlu dilakukan secara tepat (dalam waktu 30 detik). Secara umum, 6 langkah awal di bawah ini cukup untuk merangsang bayi baru lahir untuk bernapas spontan dan teratur.
Langkah awal (dilakukan dalam 30 detik):
Jaga bayi tetap hangat:
a.       Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu atau dekat perineum.
b.      Selimuti bayi dengan kain tersebut.
c.       Pindahkan bayi ke atas kain ke tempat resusitasi.
Atur posisi bayi:
a.       Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong.
b.      Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi.
Isap lendir
Gunakan alat penghisap lendir DeLee atau bola karet:
a.       Pertama, isap lendir di dalam mulut kemudian baru hisap lendir di hidung.
b.      Hisap lendir sambil menarik keluar penghisap (bukan pada saat memasukkan).
c.       Bila menggunakan penghisap lendir DeLee, jangan memasukkan ujung penghisap terlalu dalam (lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih dari 3 cm ke dalam hidung) karena dapat menyebabkan denyut jantung bayi melambat atau henti nafas bayi.
Keringkan dan rangsang taktil:
a.       Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat memulai pernafasan bayi atau bernafas lebih baik.
b.      Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini:
Menepuk atau menyentil telapak kaki.
Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan.
Berbagai bentuk rangsangan taktil yang dulu pernah di lakukan, sebagian besar tidak dilakukan lagi karena terbukti membahayakan kondisi bayi baru lahir.







Tabel.13.1. Bentuk rangsangan taktil yang membahayakan
RANGSANGAN
BAHAYA/RESIKO
Menepuk bokong
Trauma dan luka
Meremas rongga dada
Fraktur
Pneumotoraks
Gawat nafas
Kematian
Menekan kedua paha bayi ke perutnya
Ruptur hati atau limfa
Perdarahan di dalam
Mendilatasi sfingter ani
Sfingter ani robek
Menempelkan kompres hangat atau dingin
Hipotermia
Hipertermia
Luka bakar
Mengguncang bayi
Kerusakan otak
Meniupkan oksigen atau udara dingin ke tubuh bayi
Hipotermia

2.8.2 Ventilasi
Ventilasi adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah udara ke dalam paru dengan tekanan positif yang memadai untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernafas spontan dan teratur.

2.9      ASUHAN PASCARESUSITASI
Asuhan pascaresusitasi diberikan sesuai dengan keadaan bayi setelah menerima tindakan resusitasi. Asuhan pascaresusitasi dilakukan pada keadaan;
2.9.1.1     Resusitasi berhasil
Bayi menangis dan bernafas normal sesudah langkah awal atau langkah ventilasi. Perlu pemantauan dan dukungan.
Resusitasi dinyatakan berhasil apabila pernafasan bayi teratur, warna kulitnya kembali normal yang kemudian diikuti dengan perbaikan tonus otot atau bergerak aktif. Lanjutkan dengan asuhan berikutnya.

a.       Konseling
·         Jelaskan pada ibu dan kelurganya tentang hasil resusitasi yang telah dilakukan. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan.
·         Ajarkan ibu cara menilai pernafasan dan menjaga kehangatan tubuh bayi. Bila ditemukan kelainan, segera hubungi penolong.
·         Anjurkan ibu segera memberi ASI kepada bayi (asuhan dengan metode kangguru).
·         Jelaskan pada ibu dan kelurganya untuk mengenali tnda-tanda bahaya baru lahir dan bagaimana memperoleh pertolongan segera bila terlihat tanda-tanda tersebut pada bayi.
b.      Lakukan asuhan bayi baru lahir normal, meliputi:
·         Anjurkan ibu menyusui sambil memperhatikan dan membelai bayinya.
·         Berikan vitamin K, antibiotik salep mata, imunisasi  hepatitis B.
c.       Lakukan pemantauan seksama terhadap abayi pascaresusitasi selama 2 jam pertama.
·         Perhatikan tanda-tanda kesulitan bernafas pada bayi.
Ø  Tarikan intercostal, nafas megap-megap, frekuensi nafas< 30 kali per menit atau > 60 kali per menit.
Ø  Bayi kebiruan atau pucat.
Ø  Bayi lemas.
·         Pantau juga bayi yang tampak pucat walaupun tampak bernafas normal.
d.      Jagalah agar bayi tetap hangat dan kering.

2.9.2        Resusitasi tidak/kurang berhasil/bayi memerlukan rujukan
Bayi perlu rujukan, yaitu sesudah ventilasi 2 menit belum bernafas atau bayi sudah bernafas tetapi masih megap-megap atau pada pemantauan ternyata kondisinya memburuk, segera rujuk ke fasilitas rujukan.
Tanda-tanda bayi yang memerlukan rujukan sesudah resusitasi, antra lain:
a.       Frekuensi pernafasan < 30 kali per menit atau lebih dari > 60 kali per menit.
b.      Adanya retraksi (tarikan) intercostal.
c.       Bayi merintih (bising nafas ekspirasi) atau megap-megap (bising nafas inspirasi).
d.      Tubuh bayi pucat atau kebiruan.
Apabila resusitasi tidak/kurang berhasil/bayi memerlukan rujukan, lakukan:
a.       Konseling
·      Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa bayinya perlu dirujuk. Bayi dirujuk bersama ibunya dan didampingi oleh bidan. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh ibu atau keluarganya.
·      Minat keluarga untuk menyiapkan sarana transportasi secepatnya. Suami atau salah seorang anggota keluarga juga diminta untuk menemani selama perjalanan rujukan.
·      Beritahukan (bila mungkin) ke tempat rujukan yang dituju tentang kondisi bayi dan perkiraan waktu tiba.
·      Bawa peralatan resusitasi dan perlengkapan lain yang diperlukan selama perjalanan ke tempat rujukan.
b.      Asuhan bayi baru lahir yang dirujuk
·         Periksa keadaan bayi selama perjalanan (pernafasan, warna kulit, suhu tubuh) an catatan medik.
·         Jaga bayi tetap hangat selama perjalanan, tutup kepala bayi dan bayi dalam posisi “Mwtode Kangguru” dengan ibunya. Selimuti ibu bersama bayi dalam satu selimut.
·         Lindungi bayi dari sinar matahari.
·         Jelaskan kepada ibu bahwa sebaiknya memberi ASI segera kepada bayinya, kecuali pada keadaan gangguan nafas dan kontraindikasi lainnya.
c.       Asuhan lanjutan
Merencanakan asuhan lanjutan sesudah bayi pulang dari tempat rujukan akan sangat membantu pelaksanaan asuhan yang diperlukan oleh ibu dan bayinya sehingga apabila kemudian timbul masalah maka hal tersebut dapat dikenali sejak dini dan kesehatan bayi tetap terjaga.



2.9.3        Resusitasi gagal
Resusitasi dinyatakan gagal apabila setelah 20 menit di ventilasi, bayi gagal bernafas, hentikan upaya tersebut. Biasanya bayi akan mengalami gangguan yang berat pada susunan syaraf pusat dan kemudian meninggal. Ibu dan keluarga memerlukan dukungan moral yang adekuat secara hati-hati dan bijaksana, ajak ibu dan keluarga untuk memahami masalah dan musibah yang terjadi serta berikan dukungan moral sesuai adat dan budaya setempat.
a.       Dukungan moral
Bicaralah dengan ibu dan keluarganya bahwa tindakan resusitasi dan rencana rujukan yang telah didiskusikan sebelum ternyata belum memberikan hasil seperti yang di harapkan. Minta mereka untuk tidak larut dalam kesedihan. Seluruh kemampuan dan upaya dari penolong (dan fasilitas rujukan) telah diberikan dan hasil yang buruk juga sangat disesalkan bersama, minta agar ibu dan keluarga untuk tabah dan memikirkan pemulihan kondisi ibu. Berikan jawaban yang memuaskan terhadap setiap pertanyaan yang diajukan ibu dan keluarganya. Minta keluarga ikut membantu pemberian asuhan lanjutan bagi ibu dengan memperhatikan nilai budaya dan kebiasaan setempat. Tunjukkan kepedulian atas kebutuhan mereka. Bicarakan apa yang selanjutnya dapat dilakukan terhadap bayi yang telah meninggal.
Ibu mungkin merasa sedih atau bahkan menangis. Perubahan hormone saat pascapersalinan dapat menyebabkan perasaan ibu menjadi sangat sensitive, terutama jika bayinya meninggal. Bila ibu ingin mengungkapkan perasaannya, minta ia berbicara dengan orang yang paling dekat dengannya atau penolong persalinan. Jelaskan pada ibu dan keluarganya bahwa ibu perlu beristirahat dan makanan bergizi. Jelaskan pula dengan keluarga bahwa ibu memerlukan dukungan emosional, sebaiknya ibu tidak mulai bekerja kembali dalam waktu dekat.
b.      Asuhan lanjutan bagi ibu
Payudara ibu akan mengalami pembengkakan dalam 2-3 hari. Mungkin juga timbul rasa demam selama 1 atau 2 hari. Ibu dapat mengatasi pembengkakan payudara dengan cara sebagai berikut:
·         Gunakan bra yang ketat atau balutan payudara dengan sedikit tekanan dengan menggunakan selendang/kain sehingga pengeluaran ASI berkurang.
·         Jangan memerah ASI atau merangsang payudara.
c.       Asuhan tidak lanjut; kunjgan ibu nifas
Anjurkan ibu untuk kontrol nifas dan ikut KB secepatnya (dalam waktu 2 minggu). Ovulasi bisa cepat kembali terjadi karena ibu tidak menyusukan bayinya. Banyak ibu yang tidak menyusui akan segera mengalami ovulasi setelah 3 minggu pascapersalinan. Bila memungkinkan, lakukan asuhan pascapersalinan di rumah.
                                    Asuhan tindak lanjut pascaresusitasi
Sesudah resusitasi, bayi masih perlu asuhan lanjutan yang diberikan melalui kunjungan rumah. Tujuan asuhan lanjutan adalah untuk memantau kondisi kesehatan bayi setelah tindakan resusitasi.
Kunjungan rumah (kunjungan neonates 0-7 hari) dilakukan sehari setelah bayi lahir. Gunakan algoritma, Manajemen Terpadu Bayi Muda(MTBM) untuk melakukan penilaian, membuat klasifikasi, menentukan tindakan dan pengobatan serta tindak lanjut. Catat seluruh langkah dalam formulir tata laksana bayi muda 1 hari sampai dengan 2 bulan.
a.       Bila pada kunjungan rumah (hari ke-1) ternyata bayi termasuk dalam klasifikasi merah maka bayi harus segera dirujuk.
b.      Bila termasuk klasifikasi kuning, bayi harus dikunjungi kembali pada hari ke-2.
c.       Bila termasuk klasifikasi hijau, anjurkan agar bayi mendapat perawatan bayi baru lahir di rumah.
Untuk kunjungan rumah berikutnya (kunjungan neonatus 8 sampai dengan 28 hari), gunakan juga algoritma MTBM.


Bayi dinyatakan aman, apabila ibu:
a.       Tidak memiliki kekhawatiran mengenai perilaku bayinya.
b.      Memegang dan berbicara dengan bayi dengan penuh kasih sayang.
c.       Mengetahui tanda-tanda bahaya dan upaya apa yang harus dilakukan.

2.10  RESUSITASI BAYI BARU LAHIR DENGAN AIR KETUBAN BERCAMPUR MEKONEUM
Mekoneum merupakan tinja pertama dari bayi baru lahir. Mekoneum yang kental pekat dan berwarna hijau tua atau kehitaman. Biasanya BBL mengeluarkan mekoneum pertama kali pada 12-24 jam pertama. Kira-kira pada 15%  kasus, mekoneum dikeluarkan bersamaan dengan cairan ketuban beberapa saat sebelum persalinan. Hal ini yang menyebabkan warna kehijauan pada air ketuban. Mekoneum jarang dikeluarkan sebelum 34 minggu kehamilan. Bila mekoneum terlihat sebelum persalinan bayi dengan presentasi kepala, lakukan pemantauan ketat karena hal ini merupakan tanda bahaya.
2.10.1Penyebab janin mengeluarkan mekoneum sebelum persalinan
Tidak selalu jelas mengapa mekoneum dikeluarkan sebelum persalinan. Kadang-kadang hal ini terkait dengan kurangnya pasokan oksigen (hipoksia). Hipoksia akan meningkatkan peristaltik usus dan relaksasi sfingter ani sehingga isi rectum (mekoneum) diekskresikan. Bayi-bayi dengan resiko tinggi gawat janin (misal; kecil untuk masa kehamilan/KMK atau hamil lewat waktu) ternyata air ketubannya lebih banyak tercampur oleh mekoneum (warna kehijauan) dibandingkan dengan air ketuban pada kehamilan normal.
2.10.2 Resiko air ketuban bercampur mekoneum
Hipoksia dapat menimbulkan respirasi bayi di dalam rahim sehingga mekoneum yang tercampur dalam air ketuban dapat terdeposit di jaringan paru. Mekoneum dapat juga masuk ke paru-paru jika tersedak saat lahir. Masuknya mekoneum ke jaringan paru bayi dapat menyebabkan pneumonia dan mungkin kematian.(Indriyanidan Djami,2013)